Jakarta, rajawalionline – Belum lama ini Petrokimia Gresik melakukan inovasi dengan meluncurkan tiga produk baru, yaitu Pupuk SP-26 PETRO, Petro Niphos, dan Phonska Alam.
Dalam kesempatan itu Direktur Utama Petrokimia Gresik Dwi Satriyo Annurogo mengatakan, tiga produk ini merupakan respons perusahaan atas berbagai masalah pertanian saat ini, tujuannya bermuara pada peningkatan produktivitas pertanian untuk mendongkrak kesejahteraan petani dan pertanian berkelanjutan.
“Tiga produk ini nantinya akan bersaing di pasar non-subsidi atau komersial,” kata Dwi Satriyo dalam keterangan resminya, Senin (12/7).
Untuk diketahui, tahun ini terdapat penyesuaian formula unsur hara P dalam pupuk NPK Phonska bersubsidi dari NPK 15-15-15 menjadi NPK 15-10-12. Selain itu, alokasi pupuk SP-36 bersubsidi tahun 2021 juga mengalami penyesuaian dan hanya diperuntukkan bagi tanaman hortikultura, sehingga tidak bisa ditebus untuk tanaman pangan.
“Untuk itu, SP-26 PETRO hadir sebagai respon atas penyesuaian unsur hara P tersebut dan juga alternatif atas penyesuaian alokasi pupuk SP-36 bersubsidi,” ujar Dwi.
Menurutnya, pupuk ini memiliki kandungan unsur hara makro Fosfor (P) sejumlah 26% dan Sulfur (S) sejumlah 5% yang mudah larut dan tersedia bagi tanaman. Selain itu juga tidak bersifat higroskopis, sehingga tidak mudah menggumpal (cacking) dalam suhu ruangan.
Secara fisik, SP-26 berwarna abu kecoklatan dan berbentuk granul dengan ukuran yang seragam sehingga memudahkan petani dalam aplikasinya, yaitu ditabur atau dibenamkan. Dosisnya antara 150 kg hingga 500 kg per hektar tergantung pada komoditas tanaman.
“SP-26 PETRO berperan untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas panen pada komoditas pangan, hortikultura dan perkebunan,” tambah Dwi.
Dwi memaparkan, Petro Niphos diciptakan sebagai respons atas kebutuhan petani hortikultura yang menggunakan pupuk non-subsidi khususnya NPS. Petro Niphos mengandung unsur hara N (Minimal 20%), P (Minimal 20%), dan S (Minimal 13%) yang lebih tinggi dibanding pupuk majemuk pada umumnya.
Pupuk ini juga berbentuk granul, dan diperuntukkan khusus untuk komoditas hortikultura (sayuran daun) dan pangan. Dosisnya bervariasi antara 250 kg hingga 700 kg per hektar sesuai dengan komoditas atau tanaman.
Lebih lanjut Dwi menjelaskan, komitmen Petrokimia Gresik untuk mewujudkan pertanian berkelanjutan dapat dilihat dari konsistensi perusahaan dalam menghadirkan produk-produk terobosan transformatif yang ramah lingkungan. Diantaranya Petroganik di tahun 2005 dan Phonska OCA di tahun 2020, yang keduanya berhasil masuk dalam skema pupuk bersubsidi hingga saat ini.
Tahun ini, Petrokimia Gresik menghadirkan Phonska Alam yang merupakan produk pupuk majemuk pertama dengan kandungan bahan-bahan mineral alami sebagai sumber N (dalam bentuk nitrat maksimal 5%), P (minimal 10%), dan K (minimal 10%) yang telah mendapatkan sertifikat organik dan berlogo Organik Indonesia.
Secara fisik Phonska Alam berbentuk granul dan berwarna abu kehitaman. Pupuk ini diperuntukkan untuk komoditas organik pangan, hortikultura dan perkebunan. Dosis yang digunakan antara 500 kg per hektar hingga 1.800 kg per hektar menyesuaikan dengan komoditas tanaman.
“Phonska Alam adalah rangkaian pupuk yang dibutuhkan dalam sistem pertanian organik. Ini menjadi wujud kontribusi nyata perusahaan dalam mendukung terwujudnya pertanian berkelanjutan,” jelasnya.
Harapannya kedepan, sambil menunggu kebijakan pemerintah terkait pembatasan wilayah, Petrokimia Gresik juga berencana akan melakukan demonstration plot (demplot) di sejumlah daerah, agar petani dapat mengetahui langsung khasiat dari penggunaan ketiga pupuk non-subsidi ini.
(Red)