Pentingnya Kolaborasi Sinergitas Untuk Tingkatkan Produktivitas Dan Kesejahteraan Petani

Dwi Satriyo Annurogo Dirut Petrokimia Gresik bersama pengurus Kadin Jawa Timur (Jatim), narasumber, dan panelis INaGRO Talk. Foto : (Istimewa)

rajawalionline – Memasuki masa endemi, Sektor pertanian semakin tumbuh positif. Bahkan, sektor pertanian merupakan salah satu penyumbang tertinggi terhadap pertumbuhan ekonomi nasional yang melambat saat masa pandemi yang lalu.

Dalam sambutannya Direktur Utama (Dirut) PT Petrokimia Gresik Dwi Satriyo Annurogo mengatakan, momentum pertumbuhan positif di sektor pertanian ini sepatutnya dijaga untuk mendukung program percepatan pemulihan ekonomi pascapandemi.

Read More

“Bahkan harus ditingkatkan pertumbuhannya karena tantangan di sektor pertanian cukup besar di masa mendatang,” kata Dwi pada saat tampil sebagai pembicara Inagrotalk di Graha Kadin Jatim Surabaya, Kamis, (19/5/2022).

Dwi memaparkan, tren luas lahan pertanian yang kian menyusut sejak 2016-2018. Sementara, kebutuhan pangan terus meningkat karena jumlah penduduk juga meningkat.

Pada 2045 diproyeksikan jumlah penduduk Indonesia mencapai 318 juta dengan kebutuhan pangan, salah satunya beras meningkat 5,5 juta ton, dari sekarang 30 juta ton menjadi 35,5 juta ton.

“Kita sekarang memang masih ada peluang untuk meningkatkan produktivitas sehingga tumbuh positif dan menjadi kontributor bagi pertumbuhan ekonomi. Tetapi, kita juga tidak boleh terlena dengan keadaan sekarang, kemudian tidak melakukan apa-apa kedepannya. Sebab masalah pangan adalah malapetaka bagi sebuah bangsa,” papar Dwi.

Ia menjelaskan, bukan saja soal lahan, sektor penting ini juga sering dilupakan ketika banyak sekali program ditawarkan kepada masyarakat tapi melupakan aspek culter-nya, sehingga menjadi kurang mengena dan menjadi pemborosan dan tidak produktif.

“Untuk itu, butuh kolaborasi, sinergitas, dan kerja sama semua pemangku kepentingan atau stakeholder di sektor pertanian. Membangun kolaborasi harus dipikirkan mulai sekarang. Milenial juga harus dlibatkan, diajak berpikir bagaimana mengatasi masalah pangan ini,” jelas Dwi.

Menurutnya, Petrokimia Gresik memiliki progam Makmur (Mari Kita Majukan Usaha Rakyat).

“Kami bersama stakeholder dari pendanaan yakni Bank Himbara, perusahaan asuransi, offtaker, dinas terkait bisa berkolaborasi membantu meningkatkan produktivitas dan kesejahteraan petani,” urai Dwi.

Pada kesempatan yang sama, Ketua KTNA Jatim Sumrambah menambahkan, sinergitas ini harus dbangun. Kegiatan yang digagas oleh Kadin Jatim seperti InAgro Talk dan pameran InAgro, sejatinya merupakan momentum sinergitas antara para pengusaha, pemerintah, dan akademisi.

“Sektor ini tidak mungkin bisa dibangun sendiri oleh petani tanpa melibatkan sektor pengusaha, pemerintah, universitas,” tambahnya.

Menurut Sumrambah, pemerintah sudah memberikan berbagai faslitas kepada petani berupa KUR dengan bunga sangat rendah dengan metode pengembalian yang sangat gampang. Selain itu, pupuk subsidi yang digelontorkan juga tidak kurang. Sayangnya, kebijakan tersebut tidak seluruhnya sampai ke bawah.

“Disini perlunya kita membangun korporasi petani. Harus korporasi tanpa korporasi nggak bisa. Ketika semua stakeholder ketemu, maka problem di bawah bisa diselesaikan. Saya yakin kita bisa menghasilkan rata-rata produksi beras di atas 9 ton per hektare,” tandasnya.

(Red)

Related posts